Warna Lautan Berubah Akibat Perubahan Iklim, Ini Kata Ilmuwan MIT
22 Juli 2023, 13:25:11 Dilihat: 301x
Jakarta, Universitas Narotama -- Salah satu tanda alam akibat perubahan iklim yang signifikan adalah perubahan warna dalam ekosistem laut. Ilmuwan kampus MIT melaporkan, warna lautan telah berubah secara signifikan selama 20 tahun terakhir.
Dalam sebuah penelitian di Nature, tim peneliti menulis bahwa mereka telah mendeteksi perubahan warna laut selama dua dekade terakhir yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan variabilitas alami dari tahun ke tahun.
Pergeseran warna ini, meskipun tidak kentara oleh mata manusia, telah terjadi di lebih dari 56 persen lautan di dunia.
Menurut peneliti di Pusat Oseanografi Nasional di Inggris, tren global ini kemungkinan besar merupakan konsekuensi dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Laut Tropis Dekat Khatulistiwa Semakin Hijau
Secara khusus, para peneliti menemukan bahwa wilayah laut tropis di dekat khatulistiwa telah menjadi semakin hijau dari waktu ke waktu.
Pergeseran warna lautan menunjukkan bahwa ekosistem di permukaan lautan juga harus berubah, karena warna lautan merupakan cerminan literal dari organisme dan material di perairannya.
Pada titik ini, para peneliti tidak dapat mengatakan bagaimana tepatnya ekosistem laut berubah untuk mencerminkan perubahan warna tersebut. Tapi mereka cukup yakin bahwa perubahan iklim yang disebabkan manusia kemungkinan besar adalah penyebabnya.
"Saya telah menjalankan simulasi yang telah memberitahu saya selama bertahun-tahun bahwa perubahan warna lautan ini akan terjadi," kata Stephanie Dutkiewicz, ilmuwan senior di Departemen Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planet MIT dan Pusat Ilmu Perubahan Global, dikutip dari laman resmi MIT.
"Untuk benar-benar melihatnya terjadi secara nyata tidaklah mengejutkan, tetapi menakutkan. Dan perubahan ini konsisten dengan perubahan yang disebabkan oleh manusia terhadap iklim kita," imbuhnya.
Penulis utama dari Pusat Oseanografi Nasional di Southampton, Inggris, B. B. Cael PhD juga mengatakan hal yang sama. Perubahan warna laut memberikan bukti tambahan tentang bagaimana aktivitas manusia memengaruhi kehidupan di Bumi dalam skala spasial yang sangat besar.
"Ini adalah cara lain manusia memengaruhi biosfer," ujarnya.
Rekan penulis studi ini juga termasuk Stephanie Henson dari National Oceanography Center, Kelsey Bisson di Oregon State University, dan Emmanuel Boss dari University of Maine.
Bagaimana Cara Melihat Warna Lautan yang Berubah?
Dalam studi saat ini, Cael dan timnya menganalisis pengukuran warna laut yang diambil oleh Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di atas satelit Aqua, yang telah memantau warna laut selama 21 tahun.
MODIS melakukan pengukuran dalam tujuh panjang gelombang tampak, termasuk dua warna yang biasanya digunakan peneliti untuk memperkirakan klorofil.
Perbedaan warna yang diambil satelit terlalu halus untuk dibedakan oleh mata manusia. Sebagian besar lautan tampak biru di mata kita, sedangkan warna aslinya mungkin mengandung campuran panjang gelombang yang lebih halus, dari biru ke hijau dan bahkan merah.
Cael melakukan analisis statistik menggunakan ketujuh warna samudera yang diukur oleh satelit dari tahun 2002 hingga 2022 secara bersamaan.
Dia pertama kali melihat seberapa banyak tujuh warna berubah dari satu wilayah ke wilayah lain selama tahun tertentu, yang memberinya gambaran tentang variasi alaminya.
Kemudian dia memperkecil untuk melihat bagaimana variasi warna laut tahunan ini berubah selama dua dekade. Analisis ini menghasilkan tren yang jelas, di atas variabilitas normal dari tahun ke tahun.
Untuk melihat apakah perubahan warna laut ini terkait dengan perubahan iklim, dia kemudian melihat model Dutkiewicz dari 2019. Model ini mensimulasikan lautan di Bumi dengan dua skenario: satu dengan penambahan gas rumah kaca, dan yang lainnya tanpa penambahan gas rumah kaca.
Model gas rumah kaca meramalkan bahwa tren yang signifikan akan muncul dalam 20 tahun dan bahwa tren ini akan menyebabkan perubahan warna lautan di sekitar 50 persen permukaan lautan dunia.
Artinya, ini hampir persis seperti yang ditemukan Cael dalam analisisnya terhadap data satelit dunia nyata.
"Ini menunjukkan bahwa tren yang kami amati bukanlah variasi acak dalam sistem Bumi. Ini konsisten dengan perubahan iklim antropogenik," tutur Cael.