Ahmad Luthfi – Okezone
BEIJING – Dominasi laki-laki perlahan mulai bergeser. Cerminan perempuan bukan lagi sebagai pekerja rumah tangga atau yang hanya sebagai petugas administrative, surat menyurat, pencatat rapat, membuat agenda atau melaporkan keuangan perusahaan.
Persoalan gender saat ini bukan lagi tembok besar bagi kaum hawa untuk menembus porsi laki-laki.
Apalagi, dengan kemajuan teknologi membuat perempuan jauh lebih mampu terjun dalam perkembangan teknologi yang ada dan sudah mengisi semua bidang kehidupan, guna mengubah sejarah dunia.
Itu dibuktikan oleh Liu Yang. Perempuan asal China ini pantas mendapat julukan ‘wanita perkasa’. Kiprahnya dalam dunia teknologi, berhasil membuat mata lelaki terbelalak dibuatnya.
Wanita yang fasih berbicara dan hobi memasak ini, baru saja melambungkan asanya untuk menaklukkan dunia, berjibaku dengan para lelaki untuk mencatat sejarah baru di dunia antariksa.
Liu Yang yang bertekad menempatkan perempuan sejajar dengan kaum pria, dan tidak lagi terbelakang, melalui kapsul Shenzhou-9, membawa Liu beserta kedua astronot, Jing Haipeng dan Liu Wang, melakukan misi docking (berlabuh) menuju modul orbit Tiangong-1.
Liu, kini menjadi sorotan media, sebab ia merupakan wanita China pertama yang melakukan perjalanan ke luar angkasa. Wanita berusia 33 tahun itu melakukan percobaan medis aerospace (luar angkasa). Lalu, tes lainnya selama misi 13 hari.
Dilansir Xinhuanet, Senin (18/6/2012), diceritakan, Liu yang merupakan pilot, ketika itu menonton berita di televisi mengenai misi antariksa berawak yang pertama China pada 2003. Ia bertanya bagaimana pemandangan Bumi melalui luar angkasa?
Sembilan bulan kemudian, Liu mendapat kesempatan untuk menemukan dirinya sebagai astronot wanita pertama asal China. Dirinya terpilih menjadi salah satu kru bersama astronot pria lainnya untuk misi pesawat luar angkasa berawak, Shenzhou-9.
"Saya berterima kasih kepada tanah air (tempatnya dilahirkan) dan masyarakat. Saya merasa terhormat untuk terbang ke luar angkasa atas nama ratusan juta warga perempuan China," ujarnya.
Dirinya memiliki keyakinan penuh bahwa ada banyak astronot wanita yang telah keluar angkasa. "Pria dan wanita memiliki kelebihan dan kemampuan masing-masing dalam menjalankan misi luar angkasa. Mereka dapat saling melengkapi dan menyelesaikan misi mereka dengan baik," tuturnya.
Penduduk asli dari provinsi Henan di China itu, telah memulai memandang langit sejak SMA, ketika salah satu gurunya meyakinkannya untuk mendaftarkan diri di sekolah penerbangan. Kemudian, ia bergabung dengan People's Liberation Army (PLA) Air Force di 1997.
Rekor terbang
Liu menjadi pilot veteran yang mencatatkan rekor penerbangannya selama 1680 jam. Lalu, ia dipromosikan menjadi wakil kepala unit penerbangan PLA sebelum direkrut sebagai calon astronot pada Mei 2010.
Setelah dua tahun pelatihan, Liu ditempa untuk memiliki kemampuan astronautic serta kemampuan beradaptasi dengan lingkungan luar angkasa. Liu unggul dalam tes dan telah terpilih pada Maret tahun ini menjadi bagian dari kru Shenzhou-9.
"Ketika saya menjadi pilot, saya terbang di langit. Kini, sekarang saya menjadi astronot, saya akan terbang ke luar angkasa. Ini akan menjadi penerbangan yang jauh lebih tinggi dan lebih jauh," ungkap Liu.
Ditengah hiruk pikuk, kesulitan maupun intensitas latihan yang menghampiri kesehariannya. Liu dikenal sebagai koki yang mahir. Selain itu, gemar membaca, terutama novel, esai dan buku sejarah.
"Saya mencintai anak-anak dan aku mencintai kehidupan," kata Liu yang tinggal di Beijing dengan suaminya. "Terus bersama keluargaku adalah salah satu bagian dari kebahagiaan, namun untuk urusan 'terbang' adalah jenis lain yang orang umumnya tidak dapat alami," pungkasnya.
Dari wikipedia, astronot wanita pertama yang meluncur ke luar angkasa adalah Valentina Tereshkova berkebangsaan Rusia pada Juni 1963, menaiki pesawat luar angkasa Vostok 6. Sementara astronot wanita Amerika Serikat pertama adalah Sally Ride, menunggangi pesawat luar angkasa Chalenger pada 18 Juni 1983
(amr)