Senin, 31 Desember 2012 08:06 wib Ilustrasi. (Foto: Okezone) JAKARTA - MNC Group mencatatkan rata-rata pertumbuhan harga saham tertinggi sepanjang 2012. Kinerja harga saham emiten MNC Group mengungguli grup lainnya seperti Ciputra, Lippo, Panin, Salim, Sinar Mas, Astra, dan Bakrie. Berdasarkan data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), MNC Group mencatatkan rata-rata pertumbuhan harga saham sebesar 138,95 persen sepanjang 2012. Kinerja MNC Group secara berurutan diikuti oleh kelompok usaha Ciputra 76,41 persen, Lippo 55,71 persen, Panin 28,75 persen, Salim 20,62 persen, dan Sinar Mas 10,56 persen. Adapun emiten- emiten di bawah Grup Astra dan Bakrie justru melemah masing- masing 1,24 persen dan 38,66 persen. Lonjakan harga saham membuat kapitalisasi pasar emiten-emiten MNC Group mencapai Rp112,963 triliun atau 2,74 persen dari total market cap saham di BEI Rp4.127 triliun. Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, selain dipicu kinerja fundamental yang terus membaik, kenaikan harga saham emiten-emiten MNC Group juga disebabkan maraknya aksi korporasi.Dia mencontohkan langkah MNC Group yang mengambil alih Bakrie Toll Road dan Lido Lake Resort dari PT Bakrieland Development Tbk (ELTY). Aksi korporasi itu membuat harga saham emiten di bawah MNC Group, khususnya PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) dan PT MNC Land Tbk (KPIG), menguat signifikan. “Tidak mengherankan kalau pada tahun ini investor memburu saham IATA sehingga menjadi salah satu top gainers di BEI,” ujar Reza Priyambada saat dihubungi di Jakarta. Saham IATA naik 290 persen dari posisi Rp50 per saham pada 30 Desember 2011 menjadi Rp195 per saham, Jumat lalu (28/12/2012). KPIG menguat 117,39 persen dari Rp690 per saham menjadi Rp1.500. Emiten lainnya di bawah MNC Group, yakni PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), menguat 90,84 persen, PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) 83,05 persen, PT Global Mediacom Tbk (BMTR) 142,42 persen, dan PT Bhakti Capital Indonesia (MNC Kapital Indonesia) Tbk (BCAP) 191,07 persen. Adapun PT MNC Sky Vision (MSKY) yang mencatatkan saham di BEI pada Juli 2012, Jumat (28/12/2012) lalu ditutup pada harga Rp2.400 per saham, atau naik 57,89 persen dari harga perdananya Rp1.520. Reza berkeyakinan kinerja saham emitenemiten di bawah MNC Group masih berkibar tahun depan. Penyelesaian akuisisi perbankan dan realisasi sejumlah proyek yang telah diambil alih pada akhir 2012 akan mendorong kenaikan harga saham perusahaan MNC Group. Direktur UtamaIATA Syafril Nasution optimistis kinerja perseroan di 2013 semakin baik. Menurutnya, kinerja perseroan tidak lagi hanya ditopang dari bisnis penerbangan,melainkan juga didukung oleh unit usaha yang bergerak di bidang infrastruktur, seperti jalan tol dan pembangunan bandara. “Dan tentunya bisnis IATA sendiri yang mengembangkan penerbangan berjadwal ke delapan kota besar di Indonesia untuk tahap awal dan diikuti kota-kota besar lainnya di Indonesia,”tuturnya. Konglomerasi lain yang membukukan kinerja meyakinkan sepanjang 2012 adalah Grup Ciputra. Ini tak terlepas dari kinerja sektor properti yang sangat baik sepanjang tahun 2012. Berdasarkan data sektoral BEI,indeks sektor properti tumbuh 42,44 persen tahun ini atau yang tertinggi dibandingkan sektor-sektor lain. Rata-rata pertumbuhan harga saham perusahaan-perusahaan di bawah Grup Ciputra terutama ditopang oleh kinerja saham PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) yang menguat 158,62 persen dari posisi Rp870 per lembar saham di akhir 2011 menjadi Rp2.250 Jumat (28/12/2012). Direktur Ciputra Property (CTRP) Artadinata Djangkar optimistis kinerja perseroan pada 2013 membaik. Pasar properti masih baik seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Kelompok Lippo juga diuntungkan boomingpasar properti di Indonesia. Sepanjang 2012, saham emiten di bawah Grup Lippo yang bergerak di bisnis properti membukukan kinerja yang baik. Lippo Cikarang Tbk (LPCK) tumbuh 80,17 persen, sedangkan Lippo Karawaci Tbk (LPKR) naik 51,52 persen. Analis Buana Capital, Marolop Alfred Nainggolan, menuturkan, emiten properti di bawah Grup Lippo tumbuh positif seiring dengan pasar properti yang sangat baik pada 2012.“Bukan hanya itu, Grup Lippo juga mengambil jalan strategis dengan merapikan core business anak usahanya agar bisa fokus mengembangkan bisnis,” paparnya. Namun tidak semua kelompok usaha besar membukukan kinerja positif sepanjang 2012. Seiring lesunya harga komoditas dan pertambangan, harga saham-saham di bawah Grup Bakrie juga melemah.Sebagai contoh,saham Bakrie Sumatra Plantations (UNSP) tergerus 67,37 persen sepanjang 2012. Adapun saham Bumi Resources Tbk (BUMI) melorot 72,87 persen. Analis saham M Alfatih menilai faktor lain yang memicu keterpurukan Grup Bakrie yakni utang sangat besar yang melilit kelompok usaha ini. ”Grup Bakrie di posisi terbawah saat ini akibat utang yang melimpah,”ujarnya. Grup Astra tahun ini secara rata-rata harga sahamnya juga melemah. Penurunan harga saham United Tractors Tbk (UNTR) sebesar 25,24 persen dan Astra Agro Lestari Tbk (AALI) 9,22 persen memberi kontribusi besar atas pelemahan tersebut. General Manager Public Relations Astra International Tbk (ASII) Yulian Warman,menyebutkan, turunnya harga saham UNTR dan AALI di 2012 disebabkan pelemahan harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) dan batu bara. Namun, Yulian optimistis pada 2013 kinerja fundamental anak-anak usaha Grup Astra, termasuk UNTR dan AALI, kembali membaik. Ini terlihat dari mulai bergairahnya perekonomian di China. “Harga saham dikontrol oleh kekuatan supply dan demand.Kendati pergerakannya pelan, saham keduanya (UNTR dan AALI) kembali membaik,” katanya. (hermansah/hafid fuad) ( (koran Sindo)/Koran SI/wdi)