MEDAN – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perlambatan di laju penerimaan devisa perdagangan internasional Sumatera Utara. Kondisi itu didorong oleh pelemahan kinerja ekspor Sumut sebesar 12,5 persen Oktober 2012 lalu.
Kepala BPS Sumut Suharno mengatakan, ekspor Sumut pada Oktober 2012 mencapai USD781,52 juta turun 9,26 persen dibandingkan capaian pada September sebelumnya sebesar USD861,27 juta. Sedangkan Oktober 2011 lalu, realisasi ekspor Oktober 2012 ini juga turun 10,93 persen dibandingkan Oktober 2011 yang mencapai USD87,458 juta.
“Penerimaan devisa kita dari ekspor masih terus tergerus akibat pengaruh krisis global yang semakin sistemik. Realisasinya berdasarkan nilai juga melambat," paparnya di Medan.
Dia menjelaskan, sejak Januari hingga Oktober 2012 lalu, nilai realisasi ekspor Sumut melambat 12,5 persen dimana pada periode Januari–Oktober 2011 lalu, total ekspor mencapai USD9,84 miliar. "Sementara di periode tahun ini hanya USD8,61 miliar,” tambahnya.
Dia melanjutkan, penurunan penerimaan devisa ini juga cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, selama 2012 kinerja ekspor Oktober mencatatkan kedua terendah sepanjang tahun. Begitu pula secara akumulatif, capaian Oktober ini merupakan ketiga terendah sejak 2007.
“Pemerintah sepertinya harus semakin memaksimalkan kegiatan ekspor ini. Namun jika kita lihat selisih volumenya cukup jauh karena di Oktober 2012 ini mencapai 685.974 ton sementara Mei lalu hanya 547.155 ton. Ini karena ada penurunan ekspor disertai penurunan harga,” ungkapnya.
“Sementara secara akumulatif, capaian ekspor Januari – Oktober 2012 ini, berada di posisi ketiga terendah setelah pada 2007 total penerimaan devisa dari ekspor mencapai USD7,08 miliar dan di 2009 yang hanya USD6,46 miliar.” tambah Suharno.
Suharno juga mengatakan, kondisi penurunan penerimaan devisa dari ekspor ini juga semakin parah karena penurunan penerimaan devisa justru terjadi di sektor industri, yang merupakan sektor terpenting dalam perdagangan internasional Sumut.
Dia menjelaskan, hingga Oktober lalu, sektor penyumpang devisa ekspor terbesar kita masih sektor Industri dengan nilai mencapai USD6,26 miliar. Sektor ini berkontribusi sebesar 72,7 persen terhadap total perolehan devisa ekspor.
"Hingga oktober ini pun perolehannya melambat 11,97 persen dari Januari–Oktober lalu yang mencapai USD6,41 miliar sehingga pemerintah harusnya dapat bergerak lebih cepat dalam mendorong hilirisasi. Kita tidak ingin perekonomian di sektor ini bangkrut,” tutupnya.