Pemerintah Indonesia memandang perlu mendukung terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC), yang diyakini mempermudah perdagangan antarnegara di kawasan ini.
“Indonesia harus proaktif memainkan peranannya dalam mendorong pencapaian AEC pada 2015.Ini tentunya menuntut kerja keras kita di dalam negeri,” kata Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Menurut Gita, banyak hal harus dilakukan untuk mendukung AEC, termasuk menyesuaikan berbagai kebijakan dan peraturan yang ada dengan komitmen di ASEAN serta bagaimana meningkatkan daya saing. Dengan begitu, jelas Gita, pemerintah ingin memastikan bahwa AEC 2015 betulbetul memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi Indonesia. Dukungan terhadap AEC, kata Gita, telah disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-21 yang diselenggarakan pada 16–20 November 2012 di ibu kota Kamboja, Phnom Penh. Salah satu rekomendasi yang disampaikan adalah agar ASEAN memfokuskan diri pada langkahlangkah strategis, misalnya implementasi ASEAN Single Window(ASW).
Selain itu, Indonesia juga menyatakan bahwa sesama negara anggota ASEAN harus tersedia mutual recognition arrangement untuk memfasilitasi arus barang dan tenaga kerja profesional. “Itu efektif karena dapat menyatukan ekonomi anggota ASEAN ke dalam sebuah komunitas,”jelas Gita. Mendag juga mengatakan sejauh ini peran Indonesia di ASEAN sangat besar. Indonesia bahkan perlu mempertegas posisinya menjadi kunci penggerak (key driver) bagi ASEAN.
Indonesia, imbuh dia, saat ini masih merupakan negara yang terbesar di ASEAN,dilihat dari produk domestik bruto (PDB) yang mencapai USD854 miliar atau 35% dari total PDB ASEAN pada 2011. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 39% dari total penduduk ASEAN, lanjut dia, Indonesia juga berpotensi memberikan pengaruh yang besar bagi terwujudnya AEC. Sementara itu, kalangan pengusaha mendukung langkah pemerintah untuk memperluas kerja sama antar-negara ASEAN.
Pasar ASEAN dinilai sangat potensial,khususnya saat pertumbuhan ekonomi dunia saat ini bergeser ke wilayah Asia. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi Lukman misalnya,mengatakan bahwa pasar ekspor industri makanan dan minuman di wilayah ASEAN cukup menjanjikan. Sejauh ini, kata dia, Indonesia mencatatkan surplus untuk perdaganganprodukmakandanminuman di wilayah ASEAN.Perdagangan intra-ASEAN untuk produk makanan dan minuman saat ini,menurutnya baru mencapai 25% dari keseluruhan.
“Tapi kita surplus, meski memang tidak terlalu besar. Sementara kalau ekspor makanan dan minuman ke kawasan lain, kita masih minus,”katanya. Untuk ekspor makan dan minuman di luar ASEAN, jelas dia,hingga Mei 2012 angkanya baru mencapai USD1,9 miliar, sedangkan impor mencapai USD2,3 miliar. Sementara itu, data Badan Pusat Statistik menunjukkan ASEAN menjadi salah satu pangsa ekspor terbesar dalam delapan bulan terakhir, yang nilainya mencapai USD21,35 miliar, mengungguli ekspor ke kawasan Eropa sebesar USD12,09 miliar.
Sementara negara dengan pangsa ekspor terbesar Indonesia adalah China senilai USD13,37 miliar,Jepang USD12,7 miliar, dan Amerika Serikat senilai USD9,9 miliar.
Sumber : seputar-indonesia.com